Selamatpagi Pak. Ini saya mau tanya. Tulisan arab qola rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam itu bagaimana ya pak? Saya sering mendengar orang membaca lafadz tersebut tetapi belum tahu bagaimana tulisannya. Terima kasih atas jawabannya, Pak. Jawab: Wassalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh. Terima kasih telah bertanya. LafadzShalawat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, Lengkap Bacaan Arab, Latin dan Artinya Bacaan Sholawat Nabi Arab dan Latin Bacaan Sholawat Nabi Muhammad SAW. Review BOWIN Hand Sanitizer Silver Ion, Pocket Spray yang Travel Friendly. Ketahui 5 Cara Memperbaiki Skin Barrier di Wajah yang Rusak. 14 Abuzar Tau`iid Harith: nama bayi laki-laki yang artinya sahabat, memperoleh banyak anugerah, dan tangguh Abuzar: Nama sahabat Nabi Muhammad SAW (Arab) Tau`iid: Mengesakan Allah (Islami) Harith: [i] Pembajak tanah [ii] pembudidaya [iii] Kuat [iv] berusaha [v] petani [vi] salah satu nama yang dianjurkan oleh Nabi Shallallahu'alaihi wasallam Pixabaycom. Itulah beberapa cara menulis bahasa Arab lebih cepat. Untuk mempermudah orang dalam menuliskan lafaz seperti Shallallahu Alaihi Wasallam agar tidak terlalu panjang maka bisa menyingkatnya. Ada penulisan Arab yang menyingkat lafaz tersebut agar tidak terlalu panjang. Anda bisa menuliskan lafaz tersebut dengan panjang maupun dengan Bismillahwalhamdulillah wash shalatu was salamu 'ala Rasulillah, amma ba'du. Setelah kita ketahui keutamaan-keutamaan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam Al Qur'an Al Karim.Berikut ini sebagian saja dari keutamaan-keutamaan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang demikian banyaknya, yang bersumber dari Al-Hadits.. 1. Makna Qola Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Arti Qola dalam Bahasa Arab yaitu Berbicara, Berkata atau Berucap. Syekh Ibrahim Al Baijuri menjelaskan dalam bukunya yang berjudul Khasiyyah Ibrahim Al Baijuri, qola memiliki arti kebenaran ucapan. . Rasulullah saw Teladan Sempurna“Kehidupan Yang Mulia Rasulullah shallallahu alaihi wasallam merupakan kehidupan yang amat berhasil. Baik sifat akhlak mulia beliau, kekuatan kerohanian, keteguhan hati, kesempurnaan ajaran yang beliau bawa, contoh ibadah serta pengabulan doa beliau, singkat kata, dalam keseluruhan aspek kehidupannya beliau telah memperlihatkan tanda-tanda yang demikian cemerlang sehingga seorang yang bodoh sekalipun selama ia tidak mengidap rasa permusuhan atau dendam, akan terpaksa mengakui bahwa beliau adalah suri teladan yang sempurna dari sifat-sifat Ilahi dan bahwa beliau adalah manusia yang sempurna.” Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, Al-Hakam, 10 April 1902, hal. 5 Definition from Wiktionary, the free dictionary Jump to navigation Jump to search﵌ U+FD4C, &64844; ARABIC LIGATURE SALLALLAHU ALAYHI WAAALIHEE WA-SALLAM ← ﵋[U+FD4B] Arabic Presentation Forms-A ﵍ →[U+FD4D] Contents 1 Arabic Pronunciation Phrase See also Arabic[edit] English Wikipedia has an article onSalawatWikipedia Pronunciation[edit] IPAkey / Phrase[edit] صَلَّى ٱللّٰهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ‎ • ṣallā llāhu ʿalayhī wa-ʾālihī wa-sallama Islam blessings of God be upon him and his progeny and grant him peace; a blessing used after mentioning the names of Islamic Prophet Muhammad See also[edit] ٱللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ‎ allāhumma ṣalli ʕalā muḥammadin wa-ʔāli muḥammadin ٱللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ‎ allāhumma ṣalli ʕalā muḥammadin wa-ʕalā ʔāli muḥammadin عَلَيْهِ ٱلسَّلَامُ‎ ʕalayhi s-salāmu عَلَيْهِ ٱلصَّلَاةُ وَٱلسَّلَامُ‎ ʕalayhi ṣ-ṣalātu was-salāmu سَلَامُ ٱللّٰهِ عَلَيْهِ‎ salāmu llāhi ʕalayhi رَحِمَهُ ٱللّٰهُ‎ raḥimahu llāhu رَضِيَ ٱللّٰهُ عَنْهُ‎ raḍiya llāhu ʕanhu Retrieved from " Categories Arabic Presentation Forms-A blockArabic script charactersArabic terms with IPA pronunciationArabic lemmasArabic phrasesArabic multiword termsarIslamArabic coordinated pairsArabic expressionsHidden categories Terms with manual transliterations different from the automated onesTerms with manual transliterations different from the automated ones/ar Share this post<1 min read Recite this to send blessings upon Prophet Muhammad ﷺ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Transliteration Sallallahu Alaihi Wasallam, Sallallahu Alayhi Wasallam, Translation peace and blessings of Allah be upon him Recite it when you hear or say the name of Prophet Muhammad ﷺ HADITS NABI SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM TERJAGAOleh Ustadz Kholid Syamhudi LcAllah Subhanahu wa Ta’ala mengutus Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam untuk membimbing manusia kepada jalan yang lurus, dan memerintahkan manusia untuk menaati dan mencontoh perilaku beliau Shallallahu alaihi wa sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirmanوَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya”. [al-Hasyr/597].Untuk itulah, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam juga telah menunaikan semua tugasnya. Sehingga beliau Shallallahu alaihi wa sallam berpesan kepada ummatnya agar berpegang dengan peninggalan beliau, yaitu berupa Al-Qur’an dan as-Sunnah. Dua hal ini sebagai petunjuk bagi manusia hingga hari Kiamat dalam mencapai keselamatan dunia dan Shallallahu alaihi wa sallam bersabdaتَرَكْتُ فِيْكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّتِيْ“Aku tinggalkan untuk kalian dua hal, kalian tidak akan sesat selama berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitabullah Al-Qur’an dan Sunnahku”. [HR al-Hakim, dan dishahïhkan Syaikh al-Albani dalam Shahïh al-Jami’ ash-Shaghïr, no. 2937]Dari sini jelaslah, bahwasanya hadits-hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menjadi salah satu sumber pengambilan hukum syari’at, baik dalam hal aqidah, hukum fikih, dan yang lainnya. Sunnah-sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam ini menjadi sumber pedoman seorang muslim dalam menggapai kebahagian dan keridha’an Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga, dengan kedudukannya ini, maka hadits-hadits tersebut menjadi sumber dan asas syari’at yang kekal dan selalu terjaga `Abdul-Muhsin al-Abbad[1] berkata,”Sesungguhnya Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam merupakan wahyu yang disampaikan Allah kepada Nabi-Nya Shallallahu alaihi wa sallam . Dia bersama Al-Qur’an yang mulia merupakan asas agama Islam dan menjadi sumber hukumnya. Keduanya saling berhubungan sebagaimana kaitan syahadat La ilaha illa Allah dengan syahadat Muhammad Rasulullah. Barang siapa yang tidak beriman kepada Sunnah, berarti tidak beriman kepada Al-Qur’an”[2].Keterkaitan antara keduanya sebagai sumber utama dalam mengenal aqidah dan hukum-hukum syari’at, sebab as-Sunnah sebagai penjelas kandungan Al-Qur’an yang mujmal global dan membatasi kemutlakannya. Bahkan sebenarnya, as-Sunnah sabagai wujud dalam penerapan Al-Qur’an melalui Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sifatkan dengan ketinggian akhlaknya dalam firman-Nyaوَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. [al-Qalam/684].Demikianlah, ketika Ummul-Mukminin Aisyah Radhiyallahu anhuma ditanya tentang akhlak Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, ia tidak dapat mengungkapkannya kecuali dengan berkataكَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ“Akhlak beliau adalah Al-Qur’an”. [HR Ahmad, no. 23460, dan dishahihkan Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jami’ ash-Shaghir, no 4811]ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA MENJAGA SUNNAH RASULNYA Eratnya hubungan Al-Qur’an dan as-Sunnah ini tidak dapat dipisahkan dalam memahami Islam secara benar dan dikehendaki Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ironisnya, kedudukan Sunnah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang tinggi ini membuat musuh-musuh Islam berusaha merusaknya dengan membuat-buat perkataan yang disandarkan kepada beliau Shallallahu alaihi wa sallam. Bahkan ada yang berusaha melontarkan syubhat-syubhat untuk mengingkari Sunnah sebagai sumber hukum. Namun Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjamin keontetikannya, dan akan memeliharanya sebagaimana menjaga dan memelihara Al-Qur’ Subhanahu wa Ta’ala berfirmanإِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan adz-Dzikr, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. [Hijr/159].Ayat mulia ini yang merupakan nash tentang penjagaan Al-Qur’an, di dalamnya juga terkandung maksud penjagaan terhadap hadits-hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirmanوَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ“Dan Kami turunkan kepadamu al-Dzikr, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkan”. [an-Nahl/1644]Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan Rasul-Nya Shallallahu alaihi wa sallam untuk menjelaskan Al-Qur’an kepada manusia, Sehingga, jika penjelasan beliau Shallallahu alaihi wa sallam terhadap Al-Qur’an tidak terjaga dan terpelihara mahfuzh, tentunya tidak dapat berpegang teguh dan beramal dengan Al-Qur’an, padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirmanوَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ ﴿٣﴾ إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ“Dan tiadalah yang diucapkannya itu Al-Qur`an menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu, tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya”. [an-Najm/533-4][3].Dengan demikian, jelaslah bahwasanya janji Allah untuk memelihara adz-Dzikr tidak hanya terbatas pada Al-Qur’an saja, tetapi juga menjaga syari’at dan agama Allah Subhanahu wa Ta’ala yang disampaikan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, dan penjagaan bersifat lebih umum dari sekedar Al-Qur’an atau as-Sunnah saja.[4]Ibnu Hazm dalam kitab al-Ihkaam 1/121 menyatakan, tidak ada perbedaan di kalangan para ulama ahli lughah bahasa Arab dan syari’at, bahwasanya semua wahyu yang turun dari Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah adz-Dzikrul-Munazzal. Semua wahyu terpelihara dengan pemeliharaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan pasti. Dan semua yang dijamin oleh Allah pemeliharaannya, maka ia terjaga, tidak akan hilang, dan tidak akan terubah sedikit pun, tanpa ada penjelasan tentang beliau membantah yang menganggap pengertian adz-Dzikr dalam ayat di atas hanyalah Al-Qur’an berkata “Anggapan ini adalah dusta yang tidak berdasarkan bukti, dan pengkhususan kata adz-Dzikr tanpa dalil. Kata adz-Dzikr adalah nama umum untuk semua yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Rasul-Nya Shallallahu alaihi wa sallam, berupa Al-Qur’an maupun as-Sunnah yang merupakan wahyu penjelas bagi Al-Qur’ Subhanahu wa Ta’ala juga berfirmanوَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ“Dan Kami turunkan kepadamu adz-Dzikr, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkan”. [an-Nahl/1644]Dengan demikian, maka sungguh merupakan kebenaran bahwa beliau Shallallahu alaihi wa sallam diperintahkan untuk menjelaskan Al-Qur’an kepada manusia. Dalam Al-Qur’an banyak terdapat perintah yang mujmal global, seperti shalat, zakat, haji, dan selainnya yang kita tidak mengetahui yang Allah Subhanahu wa Ta’ala wajibkan dengan lafadz Al-Qur’an itu kecuali dengan penjelasan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Apabila penjelasan beliau Shallallahu alaihi wa sallam terhadap yang global tidak terpelihara dan tidak terjamin keselamatannya dari yang bukan dari Sunnah, maka manusia tidak dapat mengambil manfaat dari nash Al-Qur’an, lalu hilanglah banyak syari’at yang diwajibkan kepada kita, dan kita tidak mengetahui kebenaran yang Allah Subhanahu wa Ta’ala kehendaki”[5]Demikian juga pemeliharaan Al-Qur’an tidak sempurna, kecuali dengan menjaga dan memilihara Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Hal itu, karena makna kandungan Al-Qur’an terrefleksikan pada akhlak dan amalan beliau Shallallahu alaihi wa sallam. Sehingga mengingkari, tidak menggunakan dan membiarkan satu Sunnah yang shahih, atau menyimpangkan dan menakwilkan keluar dari maksudnya, serta memahaminya diluar ketentuan syari’at, adalah sama dengan meninggalkan dan tidak peduli dengan Al-Qur’an”[6]PENJAGAAN ALLAH TERHADAP SUNNAH Jelaslah, seluruh yang disampaikan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tentang agama, semuanya ialah wahyu dan adz-Dzikr. Semua terjaga dan terpelihara dengan penjagaan dan dalam pemeliharaan Allah. Semua kandungan Al-Qur’an terpelihara dan dinukilkan secara mutawatir. Demikian juga Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang merupakan penjelas Al-Qur’an , pengkhusus lafazh-lafazh umumnya dan pembatas lafazh-lafazh mutlaknya, ia terjaga dan disebutkan beberapa faktor yang menjadi sebab, sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan as-Sunnah tetap terpelihara dan Tha’ifah Al-Manshurah. Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan sekelompok dari umat Islam yang senantiasa menegakkan kebenaran sampai hari Kiamat, sebagaimana disampaikan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَذَلِكَ“Senantiasa ada sekelompok dari umatku yang menang di atas kebenaran; orang-orang yang menghina mereka tidak merugikan mereka hingga datang keputusan Allah, dan mereka dalam keadaan demikian”. [HR Muslim no. 354]Dengan adanya umat yang menegakkan kebenaran dan memenangkannya, maka tentunya akan dapat memelihara keotentikan Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Hal ini terbukti dengan adanya perhatian para salaful-ummah dan ulama muhadditsin pada setiap zaman dan Perhatian Salafush-Shalih Terhadap Sunnah. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyiapkan pembela Sunnah. Yaitu dengan menciptakan generasi Salafush-Shalih dan setelah mereka, yang telah memberikan perhatian besar kepada Sunnah. Perhatian Salaf umat ini terhadap Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sangat beragam, sesuai dengan kemampuan dan sarana yang ada pada setiap zaman. Mereka telah mengerahkan seluruh kesungguhan dan kemampuan, serta beragam sarana dalam memperhatikan Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, baik dalam masalah ilmu maupun amal, menghafal dan menulisnya, mempelajari dan menyebarkannya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam wafat, para sahabat memberikan perhatian lebih dari sebelumnya dalam menjaga Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Di antaranya dengan menghafal dan tatsabut melakukan klarifikasi, sehingga salah seorang dari kalangan mereka bepergian hanya untuk satu hadits sepanjang perjalanan sebulan. Yakni untuk mengecek ulang tatsabut tentang hafalannya. Demikian juga, mereka menulisnya dalam lembaran shahifah, kemudian menyebarkannya di antara manusia. Semua ini disesuaikan dengan metodologi amaliyah dan pula para Tabi’in, mereka memberikan perhatian terhadap Sunnah yang dapat diwujudkan dalam banyak bentuk, di antaranyaperhatian dalam tentang pengetahuan mengenI keadaan para perawi dan penukil hadits yang menghasilkan ilmu rijal; hingga kemudian ilmu rijal ini menjadi salah satu keistimewaan umat kodifikasi Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang dimulai dari lembaran shahifah hingga menjadi karya tulis yang memiliki bab dan tersusun rapi[7], dan demikian juga orang-orang setelah Ulama-Ulama Muhaditsin. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan taufik kepada sejumlah besar dari kalangan ulama-ulama muhadditsin pada setiap masa dan tempat untuk meriwayatkan Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, menyebarkannya, menuliskannya, menggunakannya dalam menepis kebatilan dan melakukan hidmat yang sempurna, tiada bandingannya terhadap Sunnah dalam sejarah muhadditsin telah mengeluarkan segala kemampuan dan kekuatannya dalam menjaga Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dari penambahan dan pengurangan, sehingga bila ditambah satu huruf pada matan hadits, maka akan mereka Hiban dalam mensifati ulama muhadditsin, ia menyatakan, hingga jika salah seorang mereka ditanya tentang jumlah huruf dalam sunnah-sunnah untuk setiap sunnah, tentulah mereka akan sampaikan jumlahnya. Dan seandainya ditambahkan padanya huruf alif atau wawu, tentulah akan dikeluarkan secara paksa dan akan ditampakkan[8]Manshur bin Ammar as-Sulami al-Khurasani dalam mensifati ahlu hadits menyatakan “Allah Subhanahu wa Ta’ala menugaskan penjagaan atsar yang menafsirkan Al-Qur’an dan sunnah-sunnah yang kokoh bangunannya sekelompok orang-orang pilihan. Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan mereka taufik untuk mencarinya dan menuliskannya, dan memberikan kekuatan kepada mereka dalam memelihara dan menjaganya. Juga memberikan kepada mereka kecintaan membaca dan mempelajarinya, dan menghilangkan dari mereka perasaan lelah dan bosan, duduk dan bepergian, mengorbankan jiwa dan harta dengan menyeberangi hal-hal yang menakutkan. Mereka bepergian dari satu negeri ke negeri lainnya untuk menuntut ilmu di setiap tempat dalam keadaan rambut yang kusut, pakaian compang camping, perut lapar, mulut kering, wajah pucat karena kelelahan dan kelaparan, dan badan yang kurus”.Mereka memiliki satu tekad kuat dan ridha kepada ilmu sebagai petunjuk dan pemimpinnya. Rasa lapar dan haus tidak memutus mereka dari hal itu. Juga musim panas dan dingin, tidak membuat mereka bosan dalam memilah-milah yang shahih dari yang bermasalah, dan yang kuat dari yang lemah dari sunnah-sunnah dengan pemahaman yang kuat, pandangan yang luas, dan hati yang sangat mengerti kebenaran. Sehingga dapat menjaga dari kesesatan orang yang suka menduga-duga, perbuatan bid’ah orang-orang mulhid, dan kedustaan para engkau melihat mereka, pada malam hari telah menghidupkannya dengan menulis semua yang telah mereka dengar, mengoreksi semua yang telah mereka kumpulkan dalam keadaan menjauhi kasur empuk dan pembaringan yang menggiurkan. Rasa kantuk pun telah menguasai mereka sehingga menidurkannya dan lepaslah pena-pena dari telapak tangan mereka; namun seketika itu juga mereka tersadar dalam keadaan telah memberikan rasa sakit pada punggung mereka, dan keletihan berjaga waktu malam telah melelahkan akal pikiran mereka, sehingga mereka berusaha menghilangkannya. Untuk mengistirahatkan badan, mereka berusaha berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Untuk menghilangkan rasa kantuk dan tidurnya, mereka memijat-mijat mata dengan tangan mereka, kemudian kembali menulis karena semangat yang tinggi dan antusias mereka kepada ini, tentu membuat engkau mengerti, bahwa mereka adalah penjaga Islam dan penjaga gudang ilmu Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apabila mereka telah selesai menunaikan sebagian yang mereka tuntut dari keinginan-keinginannya tersebut, maka mereka pulang menuju negerinya, lalu duduk menetap di masjid-masjid dan memakmurkannya dengan menggunakan pakaian tawadhu` kerendahan hati, pasrah dan menyerah. Mereka berjalan dengan rendah hati, tidak mengganggu tetangga dan tidak melakukan perbuatan buruk, hingga apabila ada penyimpangan atau orang yang keluar dari agama, maka mereka keluar sebagaimana keluarnya singa dari kandangnya untuk mempertahankan syiar-syiar Islam[9]Demikianlah, mereka manjadi penjaga Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sepanjang Rihlah Fi Thalabi Al-Hadits Di antara perhatian dan usaha para ulama dalam menjaga Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, yaitu dengan bepergian, melakukan perjalanan untuk mengumpulkan hadits rihlah fï thalabi al-hadits. Mereka mengerahkan segala daya dan upaya untuk mengumpulkan hadits dan sanad-sanadnya hingga bepergian yang menempuh jarak sangat jauh dengan tingkat kesulitan sedemikian besar. Rihlah ini sudah menjadi tradisi mereka dalam menuntut ilmu dan memiliki pangaruh sangat besar dalam penyebaran hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan memperbanyak jalur periwayatannya. Demikian juga memiliki pengaruh baik dalam mengenal para perawi secara sangat detail dan mendalam, sebab seorang muhaddits yang pergi ke suatu negeri lalu mengenal ulama di negeri itu, ia akan berbicara dan bertanya kepadanya. Demikian juga, rihlah telah dapat membongkar pemalsu hadits dan menghilangkan banyak hadits palsu yang ada pada umat, sehingga umat terlepas dari musibah dan penyimpangan agama. Maka sangat pantas bila Ibrahimm bin A’dham menyatakan, Allah telah menghilangkan musibah dari umat ini dengan rihlahnya ash-habul-hadits[10]5. Kaidah Ilmu Jarh Wa Ta’dil Dan Mushthalah. Usaha para ulama dari zaman sahabat hingga kini menghasilkan kaidah ilmu musthalah dan ilmu al-jarh wa ta’dil. Para ulama menulis dan menyusun ilmu-ilmu ini untuk memerangi bid’ah, dan untuk menjaga agama Islam ini dari para pendusta, serta dari penyimpangan dan penakwilan orang-orang al-Haakim di muqaddimah kitab Ma’rifat Ulumul-Hadits, ia menyatakan “Sungguh, aku melihat bid’ah pada zaman kita ini telah banyak ; dan pengetahuan manusia terhadap ushul sunnan sangat sedikit dengan tenggelamnya mereka dalam penulisan Hadits dan banyak mengumpulkannya dengan lalai dan tidak perhatian. Hal ini mendorongku untuk menulis kitab ringan yang mencakup bagian dan jenis ilmu Hadits yang dibutuhkan para penuntut hadits yang terus menerus menulis hadits-hadits.”[11]Demikian juga para sahabat telah meletakkan manhaj metodologi untuk mengetahui kejujuran perawi dari kedustaannya dan diikuti para tabi’in. Para ulama semakin memperluas metodologi ini, setiap kali menjauh dari zaman generasi terbaik umat ini. Belum habis abad ketiga hijriyah, ilmu ini telah tersebar dan dikenal. Ilmu ini dinamakan ilmu “al-Jarh wa Ta’dil”[12]Kaidah-kaidah ilmu hadits ini mempelajari seluruh sisi hadits secara sempurna dan dalam, sehingga dapat untuk memilah-milah di antara hadits-hadits yang shahih, yang lemah dan yang palsu. Ini semua merupakan wujud penjagaan Allah terhadap sekelumit permasalahan penjagaan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap Sunnah Rasul-Nya. Mudah-mudahan 1. As-Sunnah wa Makanatuha fi al-Tasyri’ al-Islami, Musthafa as-Siba’i, al-Maktab al-Islami, Beirut, Cetakan Keempat, Tahun 1405 H, halaman 156. 2. Manhaj al-Muhadditsin fï Taqwiyat al-Ahadits al-Hasanah wa al-Dha’ifah, Dr. al Murtadha az-Zein Ahmad, Maktabah ar-Rusyd, Cetakan Pertama, Tahun 1415 H. 3. Ma’rifat Ulum al-Hadits, al-Hakim Abu Abdillah Muhammad bin Abdillah an-Naisaburi, Tahqïq Dr. as-Sayyid Mu’azhzham Husain, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, Cetakan Kedua, Tahun 1397H. 4. Miftah al-Jannah fï al-Ihtijaj bi as-Sunnah, as-Suyuthi, Penerbit al-Jami’ah al-Islamiyah Madinah, Cetakan Kelima, Tahun 1415H. 5. Dirasat fi al-Jarh wa Ta’dil, Dr. Muhammad Dhiya`ur-Rahman al-A’zhami, Maktabah al-Ghuraba al-Atsariyah, Madinah, Cetakan Keempat, Tahun 1419H. 6. Tadwin as-Sunnah an-Nabawiyah, Nasy’atuhu wa Tathawwuruhu, Dr. Muhammad bin Mathar az-Zahrani, Dar al-Khudhairi, Madinah Nabawiyah, Cetakan Kedua, Tahun 1419H. 7. Zawabigh fï Wajhi as-Sunnah Qadiman wa Haditsan, Shalahuddin Maqbul Ahmad, Islamic Sceintific Research Academy, New Delhi, India, Cetakan Pertama, Tahun 1411 H, halaman 7-8.[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XI/1429H/2008M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079] _______ Footnote [1] Seorang ulama besar kota Madinah dan pengajar hadits di Masjid Nabawi hingga sekarang ini [2] Lihat prakata beliau dalam kitab Miftah al-Jannah fï al-Ihtijaj bi as-Sunnah, [3] Zawabigh fï Wajhi as-Sunnah Qadiman wa Haditsan, hlm. 7-8. [4] As-Sunnah wa Makanatuha fï al-Tasyri’ al-Islami, hlm. 156. [5] Pernyataan Ibnu Hazm ini dinukil dari kitab as-Sunnah wa Makanatuha fï al-Tasyri’ al-Islami, hlm. 156-158. [6] Zawabigh fï Wajhi as-Sunnah Qadiman wa Haditsan, hal. 8. [7] Tadwin as-Sunnah an-Nabawiyah, Nasy’atuhu wa Tathawwuruhu, hlm. 38. [8] Manhaj al-Muhadditsin fï Taqwiyat al-Ahadits al-Hasanah wa al-Dha’ifah, hal. 7 [9] Al-Muhaddits al-Fashil Baina ar-Rawi wa al-Wï’i, hlm. 220-221. Dinukil dari Manhaj al-Muhadditsin fi Taqwiyat al-Ahadits al-Hasanah wa al-Dha’ifah, hlm. 6-7 [10] Tadwin as-Sunnah an-Nabawiyah, Nasy’atuhu wa Tathawwuruhu, hal. 44 dan 50 [11]Ma’rifat Ulum al-Hadits, [12] Dirasat fï al-Jarh wa Ta’dil, Home /A4. Indahnya Mengikuti Sunnah/Hadits Nabi Shallallahu Alaihi... Ilustrasi tulisan Arab shallallahu alaihi wasallam, sumber gambar oleh İbrahim Mücahit Yıldız dari PixabayNabi Muhammad mendapatkan gelar shallallahu alaihi wassalam atau biasa disingkat SAW. Umat Islam dalam menyebut Nabi Muhammad diperintahkan untuk memberikan penghormatan salah satunya dengan mengucapkan shllallahu alaihi wasallam atau biasa dikenal dengan sholawat. Pada kesempatan kali ini akan kita bahas mengenai tulisan Arab shallallahu alaihi wasallam beserta latin dan artinya Arab Shallallahu Alaihi Wasallam beserta Latin dan ArtinyaIlustrasi tulisan Arab shallallahu alaihi wasallam, sumber gambar oleh Ali Burhan dari PixabayMengucapkan kalimat shallallahi alaihi wasallam merupakan perintah yang diberikan oleh Allah SWT kepada setiap umatnya, hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT di dalam surat Al-Ahzab ayat اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا - ٥٦Artinya "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya."Dalam tulisan Arab, kalimat "Shallallahu Alaihi wa Sallam" ditulis sebagai berikut,صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَDalam ucapan tersebut terkandung ibadah dan pahala yang sangat besar, karena Allah sendiri yang memerintahkannya kepada kita. Oleh sebab itu, mulai sekarang hendaklah kita menulis ucapan shalawat kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam secara lengkap tanpa disingkat menjadi Mengucapkan Kalimat Shallallahu Alaihi WasallamAda beberapa keistimewaan atau keutamaan sholawat dikutip dari buku Kumpulan Shalawat Nabi Super Lengkap Ibnu Watiniyah 2016 2 ada beberapa manfaat dari sholawat nabi jika kita mengamalkannya secara istiqomah diantaranya adalah Menjadi manusia paling mulia di sisi Rasulullah SAW di hari kiamat nanti seperti sabda Rasulullah SAW “Sesungguhnya manusia yang paling utama dengan aku besok pada hari kiamat ialah mereka yang paling banyak membaca sholawat untukku.” HR. Nasai dan Ibnu HibbanMendapatkan syafaat di hari SWT Meninggikan derajat 10 kali, memberikan 10 kebajikan, menghapuskan 20 kejahatan, dan membebaskan dari dan dimudahkan segala penganti zakat dan sedekah bagi orang-orang yang tidak memiliki kewajiba berzakat dan tidak memiliki kelebihan adalah pembahasan terkait dengan tulisan Arab shallallahu alaihi wasallam beserta latin dan artinya lengkap. WWN

qola rasulullah shallallahu alaihi wasallam arab